Jejak Langkah MacArthur Di P. Morotai
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pada tanggal 15 September 1944, salah satu Jenderal kharismatik AS, Douglas MacArthur, memberi perintah untuk merebut Pulau Morotai dari Angkatan Perang Kekaisaran Jepang dengan mengerahkan sekitar 61,000 personel di antaranya dari 31st Infantry Division, 126th dan 32nd Infantry Division yang dipimpin oleh Mayor Jenderal John C. Persons. Di pulau seluas 1,800 km persegi itu hanya ada 500-1000 tentara Jepang, sedangkan kekuatan yang lebih besar Jepang ada di Pulau Halmahera yang terletak di selatan Pulau Morotai. Pendaratan pada hari itu sangat kacau, banyak kendaraan sekutu yang terhambat oleh lumpur tebal di bagian selatan Pulau Morotai.
Namun demikian, perlawanan Jepang juga lemah dan tidak terkoordinasi.  Setelah berhasil menguasai pulau, Panglima Divisi VII AS Jenderal MacArthur bersama Laksamana Muda Barbey pun tiba di Morotai di hari penyerbuan untuk inspeksi. MacArthur memerintahkan dibangun pangkalan udara untuk menguatkan cengkamannya melalui air superiority. Para satuan engineer AS membutuhkan waktu dua pekan untuk temukan medan yang cocok untuk dibangun landasan pacu.
Jepang tidak tinggal diam. Seorang perwira infantri Jepang berpangkat kolonel dikirimkan untuk mengorganisir pertahanan dengan bala bantuan dari Halmahera. Pada bulan Desember 1944, Resimen Infantri 211 Kekaisaran Jepang berhasil ditempatkan di Morotai, tepatnya di sebuah bukit yang disebut sebagai Hill 40. Dengan posisi dan komposisi resimen tersebut, patroli Jepang sempat membuat kewalahan pasukan AS. Serangan udara Jepang dari pangakalan di Halmahera juga sempat merusak beberapa pesawat pembom yang ditempatkan di Morotai, seperti sejumlah B-24 Liberator. Pertempuran melalui tembakan artileri, penembak jitu dan serangan udara terus berlangsung hingga 14 Januari 1945.
Namun seperti sebagian besar pertempuran di Pasifik menjelang tahun  1945, AS memberikan kekalahan telak kepada Jepng. Sebanyak 870 tentara Jepang terbunuh dan 10 lainnya ditawan. Dilain sisi, AS mengklaim 46 prajuritnya terbunuh dan 104 lainnya mengalami luka-luka. Dengan kemenangan ini, Pulau Morotai memainkan peran penting terhadap invasi Australia ke Kalimantan dan operasi yang dilakukan AS untuk merebut Leyte di Filipina.
Pangkalan Udara Morotai yang menjadi saksi bisu sepak terjang USAAF di teater Pasifik saat Perang Dunia II berkecamuk ini juga menjadi bagian sejarah Pemberontakkan Permesta pada tahun 1958 di mana pesawat pembom AURI B-25 Mitchell transit di pangkalan udara ini saat hendak melakukan misi penyerangan pusat kekuatan pemberontak  di Manado, Sulawesi Utara.

(Pangkalan udara sekutu d morotai)

Komentar

Postingan populer dari blog ini